Setiap tegukan kopi menyimpan kisah. Di balik aromanya yang harum dan rasanya yang khas, ada cerita perjuangan yang jarang terdengar.
Kisah itu datang dari Narko, seorang anak gunung dari Rahtawu, Kudus. Ia pernah hampir meninggalkan kampung halaman untuk bekerja sebagai buruh migran. Namun, cintanya pada tanah kelahiran menahan langkahnya.
Narko memilih jalan lain: menanam kopi. Dari biji kecil yang ia rawat dengan penuh ketekunan, lahirlah pohon-pohon kopi yang kini menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang di sekitarnya.
Dulu, tanah Rahtawu dipenuhi jagung yang membuat lereng rawan longsor. Kini, pohon kopi mengubah wajah gunung:
Lereng kembali hijau.
Air lebih terjaga.
Hasil panen memberi rezeki dan harapan.
Kopi, dalam hal ini, bukan sekadar komoditas. Ia menjadi penjaga alam sekaligus penopang hidup.
Bagi Narko dan banyak petani lain, kopi adalah harapan, kerja keras, dan janji untuk generasi selanjutnya. Setiap cangkir yang kita nikmati terhubung dengan peluh petani, dengan alam yang dijaga, dan dengan perjuangan panjang di baliknya.
Di Hari Kopi Sedunia, mari rayakan kopi bukan hanya karena rasanya, tetapi juga karena kisah yang terkandung di balik setiap bijinya.
Sumber:
kumparan.com