Sobat Darling, salah satu legenda yang menjadi bagian dari sejarah terbentuknya Kota Jambi, yaitu cerita Angso Duo. Kisah mengenai Angso Duo disebutkan dalam dua versi yang berbeda. Versi pertama mengisahkan tentang Putri Selaras Pinang Masak, sedangkan versi kedua lebih menggarisbawahi peran Orang Kayo Hitam dan Putri Mayang Mangurai.
Pada masa Jambi masih menjadi bagian dari kerajaan Pagaruyung yang berada di bawah naungan kerajaan Majapahit, hiduplah seorang putri cantik bernama Putri Selaras Pinang Masak. Putri ini tinggal di hulu sungai Batanghari, yang membelah wilayah Jambi. Karena Putri Selaras tidak ingin tunduk kepada kekuasaan Majapahit yang akan berpisah dari kerajaan Pagaruyung, memutuskan untuk melarikan diri. Namun, tentara Majapahit mengejarnya.
Di dalam perjalanannya, ia mendapat petuah untuk mencari lokasi baru sebagai tempat tinggalnya kelak. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan, ia melepaskan dua ekor angsa, jantan dan betina, di sungai Batanghari. Lokasi di mana kedua angsa itu berhenti berenang akan menjadi titik di mana ia harus membangun istana yang baru, menggantikan istana yang ditinggalkannya di Pagaruyung.
Akhirnya, kedua angsa itu berhenti di sebuah daratan, dan di sinilah Putri Selaras Pinang Masak membangun istananya kembali. Legenda Angso Duo, atau Angsa Dua dalam dialek Jambi, pun terkenal dan menjadi bagian dari sejarah berdirinya kerajaan Melayu Jambi.
Dalam versi lain dari cerita rakyat ini, pada sekitar tahun 1500-an, hiduplah seorang raja kerajaan Melayu yang bernama Orang Kayo Itam putra dari Putri Selaras Pinang Masak dengan Ahmad Barus II (Paduko Berhalo), yang terkenal karena keberaniannya. Rangkayo Hitam menikahi seorang putri cantik bernama Mayang Mangurai dari Temenggung Merah Mato, Sumatera Barat (Kerjaan Pagaruyung).
Mereka mengadakan sebuah pesta pernikahan yang sangat mewah, dihadiri oleh tamu-tamu dari berbagai negeri. Namun, di tengah semua kemewahan itu, ibu dari Putri Mayang Mangurai memberikan hadiah pernikahan yang unik, berupa sepasang angsa jantan dan betina serta perahu kajang lako.
Mereka disuruh melepaskan sepasang angsa tersebut ke sungai Batanghari dan mengikuti kemanapun angsa-angsa itu berenang. Orang Kayo Hitam dan istrinya, Putri Mayang Mangurai, menyusuri Sungai Batanghari dengan perahu ini untuk mencari tempat yang cocok untuk mendirikan kerajaan baru. Lokasi tempat angsa itu berhenti dan membuat sarang untuk bertelur akan menjadi lokasi pembentukan kerajaan baru.
Angsa-angsa itu terus berenang menyusuri Sungai Batanghari, bahkan ketika mereka dihadapi oleh hujan dan badai. Mereka bertahan dan terus berlayar selama berhari-hari, tetapi tidak ada tanda-tanda angsa-angsa itu berhenti.
Setelah beberapa hari menyusuri Sungai Batanghari, sepasang angsa itu akhirnya naik ke daratan di Kampung Tenadang, yang saat itu berada di sebelah hilir (Kampung Jam). Sesuai petunjuk, Orang Kayo Hitam, Putri Mayang Mangurai, dan pengikut-pengikut mereka memulai pembangunan kerajaan baru yang disebut "Tanah Pilih". Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di wilayah yang sekarang menjadi Kota Jambi, sekitar abad ke-16.
Sobat Darling, Kisah tentang Angso Duo ini diabadikan dalam lambang Kota Jambi sebagai simbol kebesaran Kerajaan Melayu Jambi di masa lalu. Lambang ini menggambarkan dua angsa, yang mengingatkan kita akan akar sejarah dan budaya Kota Jambi.
Itu dia cerita rakyat Angso Duo yang berhasil kita rangkum dengan kedua versinya. Bagikan artikel ini dan berikan tanggapan sobat darling di sosial media mengenai cerita rakyat Angso Duo dengan menyertakan tag @siapdarling.