Mengenal Sururi, Si 'Profesor' Mangrove Asal Mangkang

Darling Tanaman
Darling Inspirasi
Mengenal Sururi, Si 'Profesor' Mangrove Asal Mangkang
22 Mar 2024

Hai Darlings! Zaman sekarang, persahabatan bukan cuma antar sesama manusia aja, lho! Tapi juga dengan alam. Yap, betul banget. Persahabatan dengan alam tentunya harus kita jalin bersama agar terciptanya lingkungan yang lebih aman dan nyaman.

Nah, contoh dan bukti nyata persahabatan indah antara manusia dan alam ini sudah dilakukan Sururi, seorang petani mangrove asal Mangkang, Mangunharjo, Semarang, Jawa Tengah. Sururi sudah mulai menanam mangrove sejak 1997. Dan sejak 27 tahun lalu itulah, Sururi telah berjuang untuk melawan abrasi pesisir pantai di wilayahnya.

Saat itu, salah satu cara atau aksi nyata yang bisa ia lakukan untuk melawan abrasi pesisir pantai adalah dengan cara penanaman mangrove. Perjuangannya tidak mudah. Sururi coba mendatangkan sejumlah bibit mangrove dari Rembang dan Pemalang. Hebatnya, hal tersebut konsisten ia lakukan, hingga 5 tahun berselang, mangrove berbuah dan siap untuk dibuat bibit sendiri.

Meski harus berhadapan dengan segala keterbatasan tenaga dan pengetahuan untuk menyelamatkan mangrove di lingkungannya selama bertahun-tahun, namun konsistensi Sururi berbuah manis. Pada 2008 lalu, Sururi mulai bekerja sama dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life untuk pengembangan dan penanaman bibit mangrove.

Kerjasama itu pun terus berlangsung hingga saat ini. Dan sampai sekarang, sudah lebih dari 850.000 ribu bibit mangrove telah tertanam. Bahkan secara perlahan, kehidupan masyarakat sekitar makin terbantu dengan adanya lingkungan yang lebih baik.

Sururi (kiri) saat berbincang dengan Darling Squad.

Perjuangan Sururi tak lagi sendiri. Apa yang sudah dilakukannya selama ini telah berhasil menginspirasi banyak pihak. Ia pun lantas membuat kelompok kerja dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Selain menanam dan pembibitan, kini Sururi merambah ke bidang pendidikan, yakni membuat edukasi untuk pihak lainnya tentang budidaya Mangrove.

Untuk mendukung unit usahanya, Sururi juga melakukan penjualan bibit mangrove ke pihak luar. Bibit karya kelompok 'Mangrove Lestari' sudah tersebar di berbagai wilayah. Diantaranya Batang, Rembang, Jepara, Parangtritis hingga Probolinggo.

Sururi juga bercerita jika penanaman Mangrove itu memiliki tingkat keberhasilan yang cukup rendah. Gagalnya pertumbuhan mangrove bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya, karena gelombang, curah hujan, air pasang terlalu tinggi, faktor manusia ataupun kambing liar.

Meski begitu, Sururi tidak ingin tinggal diam dan menyerah begitu saja. Sisa tanaman yang rusak, masih bisa dimanfaatkan dan menjadi nilai ekonomi lainnya bagi masyarakat sekitar. Di wilayah tersebut, Sururi lantas menginisiasi program pemanfaatan Mangrove yang rusak.

Yakni dimanfaatkan untuk pembuatan tepung, kerupuk, pewarna sirup, hingga bahan pewarna batik. Warna dominan batik Mangrove adalah coklat, namun tetap bisa dipadukan dengan bahan lain sehingga menjadikan warna baru yang keren. Bahkan ada motif batik Mangrove yang sudah dipatenkan desainnya.

Darlings, upaya yang telah dilakukan Sururi terhadap hutan mangrove di Mangkang selama kurang lebih 27 tahun terakhir ini lantas mengantarkannya sebagai nominasi calon penerima penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis.

Fyi nih, Darlings. Penghargaan Kalpataru merupakan bentuk apresiasi tertinggi yang diberikan kepada para pejuang lingkungan hidup dan kehutanan melakui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Penghargaan kalpataru sendiri memiliki empat kategori. Yaitu Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingungan dan Pembina Lingkungan.

Wah keren banget deh pak Sururi! Semoga apa yang sudah dilakukan pak Sururi dan seluruh pencinta lingkungan lainnya di luar sana bisa makin menginspirasi banyak orang untuk lebih sadar dan peduli lagi sama lingkungan sekitar yaa! Kalo bisa, pak Sururi dan semua nominasinya dapet penghargaan aja deh!

Penulis : BT