Pernah nggak kamu sadar, betapa seringnya kita bertemu styrofoam setiap hari? Pagi beli bubur ayam, wadahnya styrofoam. Siang beli ayam geprek, masih styrofoam. Malam pesan nasi goreng, lagi-lagi dibungkus styrofoam. Praktis? Iya. Tapi ternyata ada bahaya besar yang mengintai di balik “kenyamanan” ini.
Styrofoam adalah salah satu jenis plastik yang paling sulit diurai. Menurut penelitian, butuh hingga 500 tahun untuk styrofoam benar-benar terurai di alam. Bayangkan, wadah sekali pakai yang kita buang hari ini akan tetap ada sampai cucu-cucu kita lahir. Artinya, setiap kali kita menggunakan styrofoam, kita meninggalkan “warisan” sampah yang membebani bumi selama ratusan tahun.
Selain sulit terurai, styrofoam juga berpotensi mencemari tanah dan air. Ketika terpapar panas atau terkena sinar matahari, bahan kimianya bisa lepas dan mencemari lingkungan. Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan styrofoam bisa melepaskan zat berbahaya yang berdampak pada kesehatan manusia jika digunakan untuk makanan panas. Jadi, masalahnya bukan hanya soal sampah, tapi juga tentang kesehatan kita sendiri.
Kabar baiknya, kita bisa ikut mengurangi dampak buruk styrofoam dengan langkah-langkah sederhana. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
Mengurangi penggunaan styrofoam memang terlihat sepele, tapi dampaknya bisa luar biasa. Bayangkan jika satu orang bisa mengurangi 3 wadah styrofoam per hari. Dalam setahun, itu berarti lebih dari seribu wadah tidak berakhir di TPA atau mencemari laut.
Perubahan tidak harus besar untuk memberi efek. Justru kebiasaan kecil yang dilakukan bersama-sama akan membawa hasil yang lebih terasa. Dengan mengurangi styrofoam, kita bukan hanya melindungi bumi, tetapi juga menjaga kesehatan generasi mendatang.
Mulai sekarang, yuk jadikan kebiasaan membawa wadah sendiri dan memilih kemasan ramah lingkungan. Ingat, bumi hanya satu, dan masa depan tergantung dari pilihan kita hari ini