Sejak tahun 2009, batik resmi diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Pengakuan ini bukan cuma soal motifnya yang indah, tapi juga tentang nilai dan filosofi yang terkandung di setiap helainya. Batik bukan sekadar kain, ia adalah bagian dari identitas bangsa.
Menariknya, dalam perkembangannya, proses pembuatan batik kini semakin ramah lingkungan. Salah satunya lewat penggunaan pewarna alami, bukan lagi pewarna kimia.
Pewarna alami ini berasal dari berbagai bahan di sekitar kita. Sebut saja daun teh, daun alpukat, daun jati, tarum, hingga akar mengkudu (pace). Setiap bahan punya karakter warna yang unik dari cokelat lembut, hijau tua, hingga merah bata alami.
Proses pembuatannya pun tidak instan. Bahan-bahan tersebut harus direndam atau direbus terlebih dahulu untuk mengekstrak zat warnanya. Setelah itu, barulah cairan alami tersebut digunakan untuk mencelup kain batik. Hasilnya? Warna yang lembut, natural, dan tentu saja lebih ramah lingkungan.
Dengan langkah kecil seperti ini, batik bukan cuma melestarikan budaya, tapi juga ikut menjaga bumi.