Darlings, pernah nggak sih kalian membayangkan ada makhluk besar yang berjalan tenang di tengah hutan, seolah jadi simbol kekuatan dan sekaligus kerentanan alam? Yup, dia adalah badak. Dan setiap 22 September, dunia barengan merayakan Hari Badak Sedunia (World Rhino Day), momen spesial buat mengingat bahwa hewan ini bukan sekadar satwa besar, tapi juga “penjaga” ekosistem hutan yang luar biasa penting.
Sejarahnya dimulai pada 2010, ketika organisasi pecinta satwa global sepakat bikin satu hari khusus untuk badak. Kenapa perlu? Karena badak bukan cuma hewan keren dengan tubuh kokoh dan tanduk ikoniknya, tapi juga punya peran vital menjaga keseimbangan alam. Bayangin aja, kebiasaan badak merobohkan semak atau membuka jalur di hutan ternyata membantu pertumbuhan tumbuhan baru sekaligus menciptakan akses jalan untuk satwa lain. Jadi, mereka itu semacam arsitek alami yang bikin hutan tetap hidup.
Tapi di balik itu semua, ada banyak hal seru tentang badak yang jarang kita dengar. Misalnya, badak doyan banget “spa lumpur”, mereka berguling di kubangan untuk bikin kulitnya adem dan bebas dari serangga. Atau fakta bahwa tanduk badak nggak terbuat dari tulang, melainkan dari keratin, bahan yang sama kayak kuku dan rambut kita. Lucunya lagi, meski tubuh mereka jumbo, badak sebenarnya lebih suka hidup soliter alias nggak rame-rame.
Kabar sedihnya. dari hampir 100 spesies badak yang pernah ada, kini tersisa 5 spesies di bumi. Dua jenis ada di Indonesia, yaitu badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Menurut Prof Harini Muntasib, Pakar Konservasi IPB University, badak jawa bercula satu merupakan salah satu hewan purba di dunia yang masih hidup. Kini, keberadaannya hanya bisa ditemukan di Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten.
Badak jawa masuk dalam kategori critically endangered atau terancam punah dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Spesies ini juga tercantum dalam Apendiks I CITES, sehingga dilarang keras untuk diperdagangkan karena jumlah populasinya yang sangat terbatas.
Sementara untuk badak sumatera, mereka pernah menghuni hutan hujan dataran rendah, rawa, dan hutan pegunungan. Dahulu, persebarannya ada di India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Tiongkok.
Sekarang, kondisinya Kritis (Critically endangered), yang artinya spesies mereka menuju kepunahan di alam liar. Terakhir keberedaan mereka tersebar di beberapa wilayah, yaitu Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas) serta dan satu di Kalimantan Timur (Kutai Barat).
Darlings, ngerayain Hari Badak Sedunia nggak harus ribet kok. Bisa mulai dari ikut kampanye digital, ngedukung gerakan pelestarian habitat, sampai gaya hidup yang lebih ramah bumi. Karena setiap langkah kecil buat menjaga hutan, secara nggak langsung juga menjaga rumah bagi si penjaga besar ini.
Badak bukan sekadar kisah tentang masa lalu yang hampir punah, tapi tentang masa depan yang bisa kita selamatkan bareng-bareng. Jadi, ketika 22 September datang, ingatlah kalau ada makhluk perkasa di balik bayangan hutan yang sedang menunggu uluran kepedulian kita.
Aku siap sadar lingkungan, kalian juga kan.
Referensi: