Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) resmi menutup seluruh jalur pendakian Gunung Gede Pangrango sejak 13 Oktober 2025. Penutupan ini bersifat sementara dan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.
Kebijakan ini diambil untuk menyelesaikan berbagai persoalan di kawasan pendakian, terutama yang berkaitan dengan penumpukan sampah dan perbaikan tata kelola wisata alam.
Kepala Balai Besar TNGGP, Arief Mahmud, menjelaskan bahwa kondisi jalur pendakian Gunung Gede Pangrango saat ini sudah sangat memprihatinkan. Timbunan sampah dari para pengunjung menjadi masalah utama yang perlu segera ditangani agar tidak merusak ekosistem gunung.
“Penutupan dilakukan untuk menangani persoalan sampah dan memperbaiki sistem pengelolaan pendakian. Kami berupaya menyelesaikan semuanya secepat mungkin,” ujar Arief, Selasa (14/10/2025).
Ia menegaskan bahwa lamanya masa penutupan bergantung pada proses pembersihan dan evaluasi yang sedang dilakukan. “Pemberitahuan pembukaan akan kami umumkan melalui berbagai kanal resmi TNGGP,” tambahnya.
Selama masa penutupan, pihak TNGGP melaksanakan berbagai kegiatan untuk memulihkan kawasan. Program utama yang dijalankan adalah Operasi Bersih (Opsih), yaitu pembersihan menyeluruh di jalur pendakian dari berbagai jenis sampah, mulai dari plastik, botol minuman, hingga perlengkapan pendakian yang ditinggalkan pengunjung.
Selain itu, perbaikan fasilitas pendakian juga menjadi prioritas. Beberapa titik yang rusak akibat aktivitas berlebih akan diperbaiki agar lebih aman dan nyaman bagi pendaki ketika jalur kembali dibuka.
TNGGP juga menyiapkan program edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran para pendaki tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai media, komunitas pendaki, dan forum lingkungan.
Untuk menciptakan sistem pengelolaan yang lebih baik, TNGGP menggandeng banyak pihak, termasuk komunitas pendaki, merek perlengkapan outdoor, perusahaan air minum dalam kemasan, serta masyarakat sekitar kawasan taman nasional.
Koordinasi juga dilakukan dengan pengelola basecamp, penyedia jasa trekking organizer, hingga pemilik warung di sekitar jalur pendakian. Langkah ini diharapkan bisa menciptakan ekosistem wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain memperbaiki tata kelola, TNGGP juga tengah meninjau ulang prosedur pendakian, termasuk sistem sanksi dan penghargaan bagi para pendaki. Tujuannya agar Gunung Gede Pangrango bisa menjadi kawasan wisata alam bebas sampah (zero waste).
Gunung Gede Pangrango dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian favorit di Jawa Barat karena keindahan alam dan kekayaan ekosistemnya. Namun, tingginya jumlah pengunjung tanpa kesadaran lingkungan yang memadai dapat mengancam kelestarian kawasan.
Melalui kebijakan penutupan sementara ini, TNGGP berharap seluruh pihak dapat berperan aktif menjaga gunung agar tetap bersih dan lestari. “Kami ingin saat dibuka kembali nanti, Gunung Gede Pangrango bisa memberikan pengalaman pendakian yang aman, tertib, dan ramah lingkungan,” tutup Arief.