Hutan Hujan Indonesia No. 3 Dunia

Darlings, tahu gak sih kalau hutan hujan Indonesia itu nomor tiga terluas di dunia? Kita patut bangga lho akan fakta tersebut. Sebab, keberadaan hutan hujan sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi.

Yap! Hutan hujan merupakan ekosistem hutan dengan curah hujan tinggi, kanopi lebat dan kaya akan keanekaragaman spesies. Hal tersebut penting untuk dunia karena sebagai penyedia oksigen, menyerap miliaran ton karbon, menjaga kestabilan iklim dan habitat beragam spesies.

Secara garis besar, hutan hujan tropis didominasi oleh pohon berdaun lebar yang membentuk lapisan dedaunan yang lebat dan berisi beragam vegetasi dan kehidupan lainnya. Biasanya tempat ini memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun antara 200-225 cm per tahun.

Tercatat lebih dari 3.000 spesies flora tumbuh di hutan hujan. Beberapa jenis flora yang mudah ditemukan antara lain seperti flora epifit (menempel pada tumbuhan lain), jamur, anggrek, lumut dan rotan. Sedangkan fauna yang banyak ditemukan seperti burung, kupu-kupu hingga mamalia.

Indonesia adalah negara dengan hutan hujan terluas ketiga di dunia dan tentunya di seluruh wilayah Asia. Hutan hujan Indonesia tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua, tepatnya di pulau-pulau besar Indonesia.

Ilmuwan memperkirakan, setengah dari spesies darat di bumi menghuni hutan hujan. Maka dari itu, nggak heran kalau Indonesia punya banyak sekali satwa dan tumbuhan endemik. Hutan hujan Indonesia menyimpan sekitar 10% tumbuhan, 12% spesies mamalia dan 17% burung. Hutan hujan Kalimantan bahkan menampung sekitar 15.000 spesies tumbuhan.

Sebagian besar hutan hujan dunia terletak di Amazon, Kongo dan Asia Tenggara. Persebaran lain meliputi Karibia, India, pulau-pulau di Pasifik Selatan, Madagaskar, Afrika Barat dan Timur di luar lembah Kongo, Amerika Tengah dan Meksiko, dan Amerika Selatan di luar lembah Amazon.

Adapun urutan negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia, yakni Brasil, Republik Demokratik Kongo, Indonesia, Peru dan Kolombia.

Sumber: detik.com | earth.org