Darlings, siapa sih yang nggak kenal ketupat? Makanan khas yang selalu hadir di hari Lebaran ini punya sejarah panjang dan, yang lebih keren lagi, ada hubungannya sama lingkungan! Gimana ceritanya? Yuk, kita kupas!
Ketupat bukan sekadar makanan, lho! Konon, ketupat diperkenalkan di Nusantara oleh Sunan Kalijaga pada zaman Wali Songo. Dalam filosofi Jawa, ketupat atau kupat itu kependekan dari ngaku lepat, yang berarti mengakui kesalahan. Makanya, ketupat jadi simbol momen saling memaafkan saat Lebaran.
Tapi sebelum masuk ke budaya Islam di Indonesia, konsep makanan dalam anyaman daun juga sudah ada di berbagai budaya Asia Tenggara. Jadi, bisa dibilang ketupat adalah makanan yang punya sejarah lintas zaman dan budaya!
Nah, yang bikin ketupat makin istimewa adalah bungkusnya yang dari janur (daun kelapa muda) atau daun pandan. Kenapa ini penting? Karena janur adalah bahan alami yang gampang terurai, nggak nyampah, dan kembali ke alam tanpa mencemari lingkungan.
Bandingkan dengan makanan yang dibungkus plastik sekali pakai, langsung jadi limbah yang mengotori sungai, laut, dan bahkan mengancam satwa liar. Jadi, nenek moyang kita tuh udah paham soal zero waste jauh sebelum istilah itu populer!
Janur berasal dari pohon kelapa yang punya banyak manfaat buat lingkungan:
Dengan memanfaatkan janur tanpa merusak pohonnya, kita ikut menjaga keseimbangan ekosistem.
Darlings, ada banyak hal yang bisa kita tiru dari ketupat:
Jadi, setiap kali kamu lihat ketupat, ingat ya, ini bukan cuma makanan khas Lebaran, tapi juga pengingat kalau hidup ramah lingkungan itu bisa dimulai dari kebiasaan kecil.
Aku siap sadar lingkungan, kalian juga kan.