Ngopi sudah jadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Tapi, pernahkah kamu membayangkan kalau suatu hari kita tidak bisa menikmati secangkir kopi lagi?
Kopi yang kamu nikmati pagi ini bisa jadi berasal dari biji yang sama dengan kopi di Eropa, Jepang, atau Amerika. Indonesia adalah penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia, sekaligus salah satu eksportir utama.
Jenis kopinya pun beragam dan punya cita rasa khas:
Arabika Aceh Gayo yang bold dan earthy.
Mandheling dengan karakter kuat.
Toraja yang kaya rasa.
Wamena yang lembut dan floral.
Robusta Lampung yang pekat.
Ragam rasa inilah yang membuat kopi Indonesia dicintai dunia.
Sayangnya, perubahan iklim menimbulkan ancaman serius bagi masa depan kopi. Penelitian menunjukkan bahwa lahan cocok untuk kopi bisa berkurang hingga 50% pada tahun 2050.
Dampaknya:
Suhu meningkat, hasil panen tidak maksimal.
Hama dan jamur semakin banyak.
Petani kesulitan bercocok tanam.
Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin kopi akan menjadi barang langka dan secangkir kopi akan terasa mahal, bukan hanya secara harga, tetapi juga makna.
Meski tantangannya besar, masih ada cara untuk memperlambat kerusakan:
Agroforestry, menanam kopi berdampingan dengan pohon di hutan agar ekosistem tetap terjaga.
Memilih kopi organik dan berkelanjutan, yang lebih ramah lingkungan.
Mendukung petani lokal, supaya produksi kopi tetap berlanjut.
Dengan langkah sederhana ini, ngopi tidak hanya soal gaya hidup, tapi juga soal keberlanjutan.
Ngopi enak itu mudah. Tapi ngopi sambil menjaga lingkungan? Itu luar biasa.
Di Hari Kopi Sedunia ini, mari kita rayakan bukan hanya rasa nikmatnya, tapi juga perjuangan petani dan pentingnya menjaga bumi agar kopi tetap ada untuk generasi mendatang.
Sumber:
bps.go.id
kumparan.com
elscoffee.com