Emisi karbon belakangan sangat familiar di telinga kita ya.. bahkan, dalam dua dekade terakhir, istilah ini kerap muncul ketika berbicara soal topik perubahan iklim lainnya seperti efek rumah kaca, krisis iklim dan jejak karbon.
Nah, sebagai generasi milenial yang hidup di tengah krisis iklim, tentunya kita harus memahami jejak karbon ini demi masa depan bumi yang semakin bergantung pada tindakan kita sekarang
Jejak karbon adalah jumlah emisi atau gas rumah kaca (termasuk karbon dioksida) yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu.
Seiring dengan bertambahnya populasi dan globalisasi, jejak karbon pun semakin tinggi dan memengaruhi iklim dunia secara negatif.
Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.
Lantas, dari mana jejak karbon berasal?
Percaya atau tidak, setiap kegiatan yang kita lakukan, dan setiap barang yang kita gunakan atau konsumsi, selalu memberikan pengaruh terhadap lingkungan.
Sebagai contoh, kita mengonsumsi wagyu steak yang diimpor dari Jepang di sebuah restoran di tengah kota. Emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas tersebut dapat ditarik sejauh peternakan sapi tempat daging itu berasal.
Sistem pencernaan sapi mengandung bakteri tertentu yang mampu mencerna serat seperti rumput. Namun, proses pencernaan ini menyebabkan sapi mengeluarkan metana, gas rumah kaca yang 28-34 kali lebih ‘kuat’ dari karbon dioksida dalam rentang 100 tahun.
Selanjutnya, emisi karbon terbentuk dari proses penyembelihan, pengemasan, hingga pengiriman daging antarnegara. Proses penyajian pun juga Penyimpanan menghasilkan emisi karbon, mulai dari penyimpanan daging dalam freezer hingga dimasak.
Belum lagi emisi karbon yang dihasilkan dari perjalanan kita ke restoran steak tersebut.
Referensi :
https://www.icdx.co.id/news-detail/publication/apa-itu-jejak-karbon